Mengambil waktu di sela-sela penyelenggaraan Rapat Teknis Nasional Pimpinan BPS di Hotel Grand Royal
Panghegar Bandung, diselenggarakan pula Kongres Ikatan Perstatistikan
Indonesia (ISI) ke-8 pada 13 Februari 2014 di tempat yang sama. Kongres
ISI kali ini mengagendakan pemilihan Ketua ISI periode 2014-2019 dan
juga penetapan program kerja ISI ke depan.
Peserta
Kongres ISI terdiri dari 68 pegawai BPS, 17 perwakilan perguruan
tinggi, dan 25 anggota lainnya. Tampak juga hadir dalam acara adalah
Khairil Anwar Notodiputro (Ketua ISI periode 2009-2014), Suryamin
(Kepala BPS yang juga Wakil Ketua ISI periode 2009-2014), Soegito
Soewito (Kepala BPS periode 1994-2000), dan Choiril Maksum (Kepala BPS
periode 2004-2006).
Dalam
pencalonan Ketua ISI kali ini muncul empat nama, yang dua diantaranya
berasal dari BPS dan dua lainnya berasal dari akademisi. Calon pertama
adalah Adi Lumaksono, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS; Akhmad Fauzy, dari Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta; Asep Saefuddin, dari Institut Pertanian Bogor; dan Sasmito
Hadi Wibowo, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS.
Setelah
masing-masing calon membeberkan visi dan misinya, pemilihan langsung
pun dilakukan oleh para peserta kongres dengan mencoblos kertas suara.
Dari hasil pemilihan langsung tersebut keluarlah Adi Lumaksono sebagai
Ketua ISI periode 2014-2019 dengan jumlah suara sebanyak 35, atau hanya
unggul satu angka dari pesaing terdekatnya Asep Saefuddin. Hal pertama
yang dilakukan Adi sebagai Ketua ISI adalah menetapkan Asep Saefuddin
sebagai Wakil Ketua ISI.
Tegas
dan jelas. Tercermin dari visi Adi Lumaksono untuk membawa ISI sebagai
organisasi profesi yang berperan aktif dalam perstatistikan Indonesia.
Namun tantangan ISI ke depan cukup berat dan beragam. Apalagi dengan
semakin maraknya survei, yang utamanya mengenai politik
karena mendekati pemilihan umum. “Banyak hal yang harus dilakukan,
saya harap ISI bisa dijadikan rujukan kegiatan statistic yang saat ini
berseliweran, namun metodologinya tidak meyakinkan. Semoga ISI dapat menegakkan kode etik statistik,” ujar Adi.
Adi
juga menilai kesadaran masyarakat Indonesia mengenai statistik masih
rendah. “Semoga adanya ISI dapat membantu mewujudkan masyarakat yang
sadar statistik,” tambah Adi. Sejalan dengan Adi, Asep Saefuddin juga
mendambakan ISI dapat berperan, baik secara nasional bahkan kalau bisa
secara internasional, dalam pengembangan ilmu statistika. Semoga dapat
terwujud.
0 komentar:
Posting Komentar